"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian." (Pramoedya Ananta Toer)

Thursday, November 29, 2012

salah satu alasan saya lebih suka lelaki yg tdk putih :))))

Sore ini, saya melakukan kegiatan seperti biasa di tengah-tengah kejenuhan bekerja, blogwalking. Lalu menemukan sebuah artikel yang menurut saya memang benar, karena dari beberapa alasan yang dikemukakan terutama tentang penyiksaan itu sering saya lihat di beberapa film. Entah mengapa tiba-tiba saya jadi kepikiran kalo saya selama ini juga tidak begitu suka dengan lelaki berkulit putih, kesannya mereka itu sensitif, bahkan mungkin lebih feminin dibanding saya :))).
Tetapi bukan pula yang selegam will smith atau denzel washington, yang pasti tidak se licin para cowok korea itu deh :))).

Postingan ini boleh dianggap becanda, namun harus tetap serius yaaa, :D

Kalau penasaran dengan srtikel itu, silakan di cek sendiri ya, mungkin banyak yang setuju nantinya :D

http://gamilamila.wordpress.com/2011/12/20/makin-pucat-makin-sakit/

Menteng, 29112012, 04:28PM

Monday, November 26, 2012

Apa sudah mentok sama yang ini?




Apa yang terbayang bila sekilas membaca judul tersebut? Saya meyakini bahwa pasti masalah perjodohan yang akan terpikir. Karena selanjutnya, memang itu yang akan saya bahas.
Berawal dari obrolan kerjaan dengan teman sejawat (baca: teman kantor) yang membahas kerjaan di weekend, dimana saya harus handle tamu dari sebuah perusahaan dengan mayoritas peserta adalah kaum adam, cowok, laki-laki, pria, atau terserah sebutannya. Saya hanya menanggapi dengan tersenyum, tapi si teman sejawat ini justru nyeletuk, “apa sudah mentok sama yang ini?”.
Well, sebagian orang mungkin tidak mau menanggapi, seperti saya, saya hanya menanggapi dengan senyuman. Meskipun dalam hati dan pikiran saya tidak bisa menganggap remeh pertanyaan itu. Semuanya karena saya punya masalah dengan omongan orang lain, saya kurang begitu suka dengan omongan mereka yang sok tahu tanpa mempedulikan yang sebenarnya dan hanya menggunakan kaca mata pribadi dalam menanggapi sebuah masalah. It does seem so serious rite now, isn’t it?
Dari tanggapan saya yang sangat serius itu sebenarnya tersimpan sebuah penjelasan panjang kali lebar kali tinggi yang ingin saya jelaskan, namun saya kurang yakin teman sejawat saya bakal mampu menerima penjelasan saya. Untuk masalah jodoh, kalau kata kakak saya adalah suatu hal yang tidak bisa digampangkan tapi juga tidak boleh membuat hidup kita semakin sulit, let it flow.
Sebelum saya menemukan sosok pacar yang sampai saat ini saya yakini sebagai jodoh saya, saya ada dalam fase kalau anak jaman sekarang menyebutnya “susah move on”. Saya masih terjebak atau menjebakkan diri ke dalam nostalgia. Namun, ketika saya bertemu dengan lelaki yang satu ini, hati yang lama menutup diri ini secara spontan, tiba-tiba, dan tanpa tedeng aling-aling (aduuh bahasa saya :D ) membiarkannya masuk dan sampai saat ini kita berproses bersama.
Saya merasa mengalami yang disebut cinta itu tidak mempunyai alasa, karena ketika saya ditanya alasannya, saya benar-benar tidak tahu. Saya juga merasa apa yang dikatakan orang-orang kalau mr.right, sosok yang sempurna, itu adalah bagaimana cara kita melihatnya. Jadi, jangan mencari ketidaksempurnaan itu, atau jangan berusaha menemukan yang tidak ada dalam dirinya, namun lebih menerima dan berusaha mengerti, maka bersyukur adalah satu-satunya kunci.
Jika mencari ketidaksempurnaan itu, mudah kok, tapi apakah kita mau ketidaksempurnaan kita juga berusaha ditemukan?. Pasti tidak kan?. Justru ketika menyadari nya maka kenapa tidak berusaha membuat sebuah rencana yang sempurna dibalik ketidaksempurnaan itu? Perfect in imperfection!!
Kembali ke alasan apakah saya sudah mentok atau mungkin menyerah dengan yang saya temui saat ini? jawaban saya tidak, karena saya ingin bersyukur kepada Allah karena justru saya merasa hubungan kita itu akan sempurna pada nantinya. Saya sudah tidak mau lagi mencari yang lebih sempurna (mungkin), tapi apakah benar dia akan lebih sempurna? Itu juga akan menimbulkan pertanyaan “mentok” lagi kan?.
Saat ini saya hanya ingin membuat rencana sempurna tentang pernikahan seperti apa, kehidupan setelah menikah, bagaimana cara mendidik anak, masalah keuangan keluarga, the way we live dan complete each other. Tahap ini yang sedang kami rancang, dan saya merasa pacar saya adalah orang yang tepat untuk berbagi ide tentang rencana-rencana itu.

Kita sama-sama ingin pernikahan yang sederhana.
Kita sama-sama ingin tetap melanjutkan passion kita meski setelah menikah.
Kita sama-sama ingin mendidik anak dengan gaya kita, menggunakan metode cerita, lebih memberikan mereka buku daripada mainan, menuliskan diary mereka dari kecil sehingga ketika besar mereka tahu prosesnya, dan memberikan mereka kebebasan akan passion.
Kita sama-sama ingin live like a movie, with a sudden kiss during daily life. Membayangkannya saja sudah menyenangkan.
Dan kita sama-sama berdoa agar rencana kita sejalan dengan rencana Allah, amiin.

Dari alasanitu, saya kembali lagi bertanya? Apakah dengan rencana yang kami buat masih dikatakan bahwa kita sudah mentok? Atau kalau saya mencari lagi kesempurnaan itu kita akan sama-sama punya rencana yang sedemikian indahnya? Atau kalaupun mencari lagi, bukankah saya harus membuat rencana itu lagi? Bisa lebih baik atau justru merubah semua rencana yang justru akan menghabiskan waktu. Padahal ketika saya mencari lagi, saya atau siapapun tidak akan bisa menjamin kesempurnaan yang tidak mentok itu seperti apa kan?.

Jadi, inilah jawaban saya J.
Menteng, 221112, 5.49PM

Tuesday, November 6, 2012

Air Supply ;)

source: google images

post ini seharusnya untuk kemarin sore, tapi karena internet kantor sedang down, apa daya pagi hari baru saya post :D

Sore ini, teman satu ruangan memutar album Air Supply, entah album yang mana, tapi saya bisa saja mengikutinya, berdendang bersama. Kalau music menunjukkan usia, jelas tidak berlaku di saya, Air Supply itu pasti era 60an, 70an, sedangkan saya officially Y generation, 1987. Jadi bagaimana saya bisa mengikuti lagu mereka?. Bahkan mungkin sejak SMP saya sudah suka dengan om Air Supply.

Saya tersadar ketika teman lain yang seruangan nyletuk “ hafal amat”.. hihihi.
Saya tersadar lagi, ingat kata keluarga saya akan kebiasaan saya waktu kecil. Bila semua orang di rumah sedang sholat jamaah, dan saya ditinggal sendiri radio menjadi teman saya. Keluarga saya bilang kalau sudah diputarkan radio saya berhenti menangis.

Dari situ, sepertinya yang diperdengarkan di telinga saya adalah lagu Air Supply, itu analisis saya. Karena, dari mana saya bisa seolah-olah sudah familiar dengan mereka. Bukankah otak manusia mampu menyimpan data dan akan memanggil memori itu saat dibutuhkan.

Jadi, kesimpulan saya, lagu Air Supply ini hanya satu contoh kecil prosesi memanggil memori itu.

Menteng, 051112, 03:49PM

Saturday, October 27, 2012

Saya membenci hujan di Jakarta.

Source: google images


Pagi ini Jakarta hujan…
Hujan yang lama tak datang ini membuat saya berimajinasi lagi. Imajinasi yang ingin saya bagi denganmu,seperti isi whatsapp saya tadi pagi. Hujan pagi hari dan weekend, saya tak ingin kemana-kemana. Saya hanya ingin mengobrol sambil menikmati kopi denganmu. Duduk sambil melihat hujan dari balik jendela, dan mendengarnya yang sedang berjatuhan di atap rumah. Lovely..

Di obrolan itu, saya mau cerita tentang senangnya menikmati hujan saat kecil. Berlari-larian di halaman rumah, tertawa, dan lari lagi. Suatu hal yang tak mungkin dilakukan ketika hujan hilang. Aroma tanah yang tersapu air hujan itu sangat khas, mampu membuat terbuai seperti kue yang baru keluar dari oven.

Tapi tiba-tiba imajinasi itu hilang, menguap, dan hancur. Semua karena bau comberan, ya comberan. Di Jakarta ini tidak ada lagi bau tanah yang bercumbu dengan air hujan. Semua tanah telah ditutup oleh cor-coran semen. Membuat kubangan yang ketika hujan meluber dan merusak keindahan hujan.
Saya membenci hujan di Jakarta.

Ayolah kita pulang, menikmati kopi di balik jendela, mengobrol, dan bila hujan bertambah deras, ayo kita keluar, merasakan hujan, mencium aroma tanah, dan berlarian.

Menteng, 27102012, 1:11 PM

Wednesday, October 24, 2012

This is how I feel when I’m with you; happy, happier, the happiest!!



Source: by atam 

Amygdala, sebuah bagian otak yang memegang kendali akan emosi. Saya pernah menyinggunya sedikit dalam sebuah posting di blog ini.  disitu saya merasa amygdala saya sedang sangat dominan mengendalikan perasaan saya, bahkan saya merasa itu di luar logika. Ketika dihubungkan dengan logika terkadang justru saling bersinggungan saja namun tidak menemukan titik temu, sebuah misteri.

Amygdala sangat berhubungan dengan emosi, emosi sangat penting bagi rasionalitas. Kemampuan emosional mampu membimbing seseorang, apakah keputusan itu tepat atau justru salah kaprah. Sepertinya itu yang sedang saya alami, pertarungan emosi dalam diri saya membuat amygdala memberikan pengaruh sedikit negatif. Hal tersebut terutama dalam masalah pekerjaan saya, entahlah saya berusaha mengalihkan perhatian emosi ini. Memberikan sugesti yang positif, namun sepertinya sudah terlambat. Kekacauan sudah terjadi dan saya kalah oleh emosi itu, semua diluar kendali dan luar rencana.

Selain amygdala, sepertinya satu bagian penting juga sangat berperan dalam semua kejadian akhir-akhir ini. Hati, bagaimanapun juga sekerat daging ini adalah intinya. Dalam sebuah hadist juga disebutkan:
Ketahuilah bahwa di dalam tubuh ada sekerat daging. Apabila daging itu baik, maka seluruh tubuh itu baik; dan apabila sekerat daging itu rusak, maka seluruh tubuh itu pun rusak. Ketahuilah, dia itu adalah hati." (HR. Bukhari)

Hati, itulah sebenarnya yang sedang berperan penting dalam kehidupan saya saat ini. Secara intelektualitas rasional saya masih bisa memetakan prioritas, membuat mapping, dan focus akan hal-hal yang harus dilakukan. Namun hati saya, lebih ingin berada di dekat hati yang lain. Istilah jauh di mata dekat di hati itu seakan hanya sebuah omong kosong bagi saya. Saya sangat tidak bisa membohongi bila ternyata bahagia, lebih bahagia, dan sangat bahagia ketika hati saya berada dekat. Sedangkan saat ini proses melipat jarak itu masih jauh dari kata dekat.

Seperti ekspresi dalam foto saya ini, sangat alami, saya benar-benar tidak membuat ekspresi palsu. Itulah ekspresi yang mampu menggambarkan ketika saya mampu melipat jarak itu. Ekspresi bahagia, ekspresi antusias, dan ekspresi nyaman. Saya ingin membuat ekspresi itu setiap saat, namun saat ini sepertinya masih belum bisa saya lakukan dengan tulus. Amygdale dan hati sedang tidak dalam satu jalur, saya harus bersabar.

Menteng, 241012, 07:37PM

Friday, October 19, 2012

Rumah; the place that i call home beside your heart.


source: maaf saya lupa :(

Saya mau punya rumah seperti ilustrasi diatas. Benar-benar minimalis, dan nggak ribet. itu adalah rumah yang saya ingin saat ini, saat masih single atau mungkin nanti sampai saat saya menikah. Namun ketika punya anak, saya butuh ruangan lebih besar agar bisa membuat anak saya bebas berlarian. Dengan kata lain, itu adalah pilot project, tahap awal rumah saya, amiiinnn J

Dibesarkan di sebuah desa kecil, membuat saya tidak mengenal istilah, tidak ada lahan. Wong halaman saya di rumah saja masih bisa buat parkir sampai 10 mobil mungkin (bukan sombong, tapi memang begitu keadaannya). Bisa dibuktikan saat Lebaran, ketika rumah saya dijadikan basecamp mudik, semua mobil bisa masuk dan tak ada yang di luar pagar. Jadi sebenarnya kalau ada rumah yang menawarkan garasi luas, mampu menampung 5 mobil, saya tidak begitu heran kok.

Sudah menjadi karakteristik rumah di desa mungkin, mereka selalu ingin membuat rumah besar, banyak ruang, dan lahan lebar. Ayah saya salah satu orang yang masih mempunyai prinsip itu. Bahkan ketika ruangan yang ada dirasa kurang menampung banyak orang ketika ada acara besar, yang dipikirkan ayah adalah rumah ini kurang besar.

Terkadang saya yang selalu repot dengan pola pikir ayah ini, karena bagaimanapun anak-anaknya yang harus membersihkannya, termasuk saya. Menyapu teras rumah saja bisa sampai lima menit, ruang tamu sampai dapur di belakang bisa sampai setengah jam atau lebih. Itu masih menyapu, bagaimana bila ditambah dengan mengepelnya?. Mungkin itu juga salah satu alasan keluarga kami tidak ada yang gendut, untuk bersih-bersih saja bisa membakar ribuan kalori.

Salah satu teman saya yang main ke rumah pernah berujar, “enak ya rumahnya bisa buat lari-larian”, emangnya lapangan??. Dari salah satu faktor tersebut saya akhirnya berprinsip tidak mau rumah yang terlalu luas. Kalaupun anak-anak saya nanti membutuhkan lahan bermain, mereka akan saya bawa ke rumah kakek neneknya, simple kan?. Meskipun tidak setiap hari, namun justru berlibur ke rumah kakek nenek akan menjadi sebuah momen yang paling ditunggu.

Melihat lagi gambar yang saya pasang di postingan kali ini. Gambar tersebut adalah rumah seorang berkebangsaan belanda sepertinya, saya lupa. Tapi yang pasti dilihat dari gambar paling awal itu adalah sketsa rancangan bila dilihat dari atas. Rumah tersebut kecil, benar-benar kecil namun tidak banyak sekat yang akan memperkecil. Si empunya rumah lebih menggunakan sekat perabot untuk menjelaskan perbedaan fungsi masing-masing ruang.

Awalnya begitu masuk kita langsung bertemu gantungan jaket dan lemari di sebelah kanan, dan kamar mandi di sebelah kiri. Lemari ini bisa untuk menyimpan sepatu, toolbox untuk obeng, tang dll, yang pasti bukan baju. Konsep kamar mandinya sendiri adalah shared bathroom, bagi pemilik dan bila ada tamu. Satu hal penting yang perlu diperhatikan adalah; karena dipergunakan untuk tamu juga, maka pemilik harus benar-benar meninggalkan kamar mandi dalam keadaan bersih.

Ruangan selanjutnya adalah ruang tamu, kamar tidur, dapur, ruang makan, semua jadi satu karena memang hanya itu yang tersisa. Kamar tidur langsung bersebelahan dengan dapur, ruang tamu sekaligus ruang keluarga dan ruang makan. Namun, tetap memberikan perbedaan dengan perabotnya.

Versi saya agak berbeda, untuk bagian paling depan akan tetap sama, yang beda adalah ketika masuk kamar tidur tidak saya letakkan di sebelah kanan atau langsung dan tidak bersekat. Saya akan meletakkan di pojok kiri atas (lihat sketsa) dengan memberi pintu. Bagaimanapun kamar tidur adalah sebuah ruang privat bagi keluarga. Kamar tidur adalah ruang intim dimana kita jarang mengundang orang asing, sementara ruang depan atau parlour dipandang sebagai tempat yang cocok untuk pertemuan (dari buku cultural studies, chris barker). Selain merubah letak, sebuah jendela kecil juga akan saya tambahkan.

Ruang tamu akan saya letakkan di tempat kamar tidur sebelumnya, karena ini rumah saya sampai saya menikah dan belum punya anak, jadi ruang tamu itu masih cukup untuk menampung tamu yang mungkin dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Kalaupun kurang maka ruang yang tersisa bisa menjadi sasarannya. Ruang yang tersisa dan porsinya lumayan luas adalah ruang keluarga dan ruang kerja. Sofa atau kursi akan saya letakkan dengan menghadap tembok, karena saya akan meletakkan televisi disana. Ada penyekat, sebuah rak buku untuk membedakan ruang kerja yang mungkin hanya cukup untuk meja computer. toh, sudah ada laptop, jadi bekerja juga bisa dilakukan di kamar.




Namun, tetap seperti design awal di atas juga tidak ada salahnya, tapi menambah pintu untuk kamar tidur itu tetap wajib. Kalau kamar tidur saya pindah, akan ada sekat dan ruangan jadi terlihat sempit, padahal konsep diatas kan memang menghindari kesan sempit di ruangan sempit. Hmmmm, intinya sebagai sebuah tahap awal, saya mau rumah seperti itu, simple, nggak ribet, nggak butuh waktu lama untuk membersihkan, kesan sangat nyaman, dan bikin betah, that's all.  




Sepertinya berimajinasi tentang rumah yang minimalis yang benar-benar mini sudah cukup. Kalau ayah saya tahu keinginan saya ini pasti tidak setuju. Tapi yah, rumah ini sampai saya berkeluarga dan belum punya anak saja kok, untuk selanjutnya kita bisa menambah lantai dua, tiga atau mungkin empat untuk perluasan. Mengingat ketika saya punya rumah nantinya lahan kosong pasti sudah semakin sempit, Indonesia kan sangat produktif untuk urusan menambah jumlah penduduk? :D

Untuk lelakiku yang nantinya menjadi suami saya, kamu setuju gak ya?? hmmm, mungkin kamu punya ide?

Menteng, 171012, 09:52 PM


Monday, October 15, 2012

Pengumuman: Blog Baru!!





Tengah malam, tanpa rasa kantuk membuat saya terkadang berpikir lebih ngelantur kemana-mana. Bahkan seperti saat meulis ini, saya seakan tak mau ide itu lenyap karena malas, saya langsung menyalakan laptop, berusaha merangkai kata untuk menjadikannya kalimat dan terkumpul menjadi paragraph yang saling bermakna. Lihat saja, bahkan pemilihan kata yang saya gunakan tengah di tengah malam bisa lebih dramatis sadis.

Keinginan ini bukan sebuah keinginan baru, sudah sejak lama saya seolah selalu berperan menjadi, penikmat namun juga penghujat sebuah objek visual, istilah kerennya saya ini kurator wannabe, atau saya lebih suka dengan sebutan monolog saja, kurator terlalu muluk-muluk . Objek visual yang saya pilih adalah sebuah hasil karya manusia yang menangkap momen di satu waktu melalui piranti yang disebut kamera, sebuah foto. Kalau dirunut sepetinya saya sudah sejak awal mengagumi objek visual ini. Menikmati gambar-gambar di katalog saat kecil menjadi kegiatan yang menyenangkan.

Setelah beranjak dari masa anak-anak, saya mulai memberikan komentar dari gambar-gambar katalog itu. Kenapa katalog produk otomotif selalu menampilkan sosok perempuan ‘ekspresif’ dengan berbagai pose, sampai mempertanyakan bagaimana seseorang bisa menangkap sebuah moment ketika air menetes dan menghasilkan gambar yang menurut saya sangat indah. Permukaan air yang membentuk pola tertentu, diikuti tetesan air yang masih setengah perjalanan, dan di ujung daun ada air yang siap untuk mengikuti hukum gravitasi. Sebuah gambar yang mampu menangkap beberapa cerita sekaligus, fantastic! itu komentar saya saat itu.
Saya masih ingat ketika pergi ke sebuah pameran fotografi, sebuah foto bisa saya amati lebih lama dari foto yang lain, dari kesan pertama yang kagum, heran akan bagaimana fotografernya mampu menangkap momen, atau terpikir untuk merekam sebuah hal yang mungkin bagi sebagian orang tidak terpikir sebelumnya. Momen yang terjadi begitu singkat, dengan insting kuat mampu mencipta foto yang seolah bisa bercerita dengan sendirinya.

Menikmati gambar, berkembang dengan sedikit menghujat, atau mengkritik istilas santunnyamenjadi lebih intensif saya lakukan.Menurut saya, si pembuat objek -yang akhirnya saya kenal dengan sebutan photographer- ingin memberikan persepsi tertentu bagi yang melihatnya. Bahkan,kritikan yang saya utarakan lebih beralasan karena semakin matangnya pola berpikir dan informasi yang diperoleh. Namun, ketertarikan saya itu tidak diimbangi dengan kepintaran saya menguasai alat ajaib, sebuah kamera. Entah karena saya hanya ingin menjadi pihak konsumen atau kurangnya sarana prasarana, bukan tidak adanya kamera tapi tidak ada yang secara langsung mengajari saya. Selain itu, saya seolah belum mengenal istilah belajar secara otodidak saat itu, dan sekarang merasa sudah terlalu terlambat dan susahnya membagi waktu untuk mulai belajar dari nol dalam urusan teknik memproses objek visual.

Jadi, saya putuskan untuk tetap menjadi penikmat dan penghujat. Urusan teknik dan prosesnya saya serahkan pada sang photographer saja. Dengan begitu, ada asas keadilan sosial, sama rata, dan take and give yang terjadi. Atau mungkin saya yang sudah tidak mau repot belajar apa itu kecepatan diafragma, ISO, white balance, dan akhirnya saya selalu berpihak ke mode autofocus, penyelamat di segala suasana.

Lima paragraph diatas adalah sebuah kronologis, sebuah alasan saya ingin membuat sebuah blog baru, tanpa membunuh blog yang satu ini. Blog baru saya, memang khusus saya dedikasikan untuk kelebihan energi saya dalam menikmati sekaligus menghujat tadi. Sebuah blog yang foto-fotonya hanya dari satu photographer yang menurut sebagian orang mungkin masih amatir, atau ingusan (meskipun dia sudah tidak ingusan kecuali saat pilek). Dia adalah photographer yang hebat, karena saya merasa punya andil dalam prosesnya meski tidak dari awal namun berniat akan menemaninya sampai akhir, meski saya tahu passion itu tak akan pernah berakhir. 

Sebuah blog yang merupakan wujud dukungan saya, dan inilah blog itu, www.monologvisual.blogspot.com

Menteng, 141012, 02.10 AM

Wednesday, September 5, 2012

Believe in Idealism

Dari kemarin saya cuma post lirik lagu, Wonderwall dari Oasis yang memulainya. Saya tidak hanya memaknai liriknya, tapi berusaha memahami, dan akhirnya saya menobatkan 'kamu' sebagai wonderwall saya. Sebuah tembok ajaib (arti wonderwall menurut saya) yang mampu membawa saya keluar dari zona nyaman, dan masuk ke zona yang sangat nyaman untuk kita.
Untuk itu semua saya rasa lagu berikut ini cocok bagi kita, sama-sama pemimpi yang ingin bangun untuk mewujudkan mimpi itu. Lagu ini lagu korea, soundtrack sebuah drama yang saya sendiri sejak dengar pertama kali langsung seneng. Well lets make a dream and make it real ;)


Dream High

I Dream High nan kkumeul kkujyo               
Himdeul ttaemyeon nan nuneul gamgo
Kkumi irweojineun geu sunganeul
Gyesok tteoollimyeo ireonajyo

Duryeoumeui kkeuteseo nan

Oneuldo heundeullijyo
Tteorejilkka bwa naraoreuji mothaneun
Eorin saecheoreom

Jakku naega hal su inna

Nae kkumi irweojilkka
Naeditneun georeum han georeum georeumi dashi
Duryeoweo jil ttaemada

I Dream High nan kkumeul kkujyo

Himdeul ttaemyeon nan nuneul gamgo
Kkumi irweojineun geu sunganeul
Gyesok tteoollimyeo ireonajyo

I can fly high naneun mideoyo

Eonjenganeun jeo haneulwiro
Nalgaereul pyeogo nugubodado
Jayurobge nopi nara oreul geoeyo

Neomeojin nal ireukkyeo jul

Yonggiga phiryohajyo
Meonjireul teolgo dashi ireona tto han beon
Ttwieogal yonggiga

Dashi han beon nareul midgo

Naeui unmyeongeul midgo
Modeun geol geolgo nae kkiboda nopeun byeogeul
Ttwieo neomeulgeoeyo ~OH

I Dream High nan kkumeul kkujyo (kkumeul kkujyo)

Himdeul ttaemyeon nan nuneul gamgo
Kkumi irweojineun geu sunganeul
Gyesok tteoollimyeo (dashi) ireonajyo (OH)

I can fly high naneun mideoyo

Eonjenganeun jeo haneulwiro (jeo haneulwiro)
Nalgaereul pyeogo nugubodado
Jayurobge nopi (nan) nara oreul geoeyo

Dream high a chance to fly high

Apeumdeureun ijen modu da bye bye
Haneure inneun jeo byeoldeul
Cheoreom nopi narabwa ni kkumdeureul
Pyeolchyeo boneun geoya time for you to shine
Ijebuteo shijagiya gotta make 'em mine
Ni soneuro irweoga mirael duryeoweo hajima
Ijen himkkeot jashinitge georeoga
Destiny sukmyeongiji meomchul su eopneun
Unmyeongi jigeum uri nunape pyeolchyeojiji
Igeon neoreul wihan whole new fantasy
Geureoni ijebuteo yeogi soneul jaba
Urieui mikpyoneun jigeumbuteo hana
Kkumgwa mirae pogi haji anha
Jeolmeum yeoljeong yeogi moduda Dream High

I Dream High nan kkumeul kkujyo (himdeul ttaemyeon)

Himdeul ttaemyeon nan nuneul gamgo (nuneul gamgo)
Kkumi irweojineun geu sunganeul
Gyesok tteoollimyeo ireonajyo (OH)

I can fly high naneun mideoyo (mideoyo)

Eonjenganeun jeo haneulwiro (jeo haneulwiro)
Nalgaereul pyeogo nugubodado
Jayurobge nopi nara oreul geoeyo


Translate

I dream, when it’s hard
I close my eyes
I Dream High,
While I imagine that moment

                         I get up                          
I shake at the end of fear
Afraid of falling
Like a baby bird who can’t fly up

Can I do it?
Will my dream come true
One by one my walking goes
When I get afraid

I Dream High, I dream,
When I’m tired I close my eyes
I keep imagining that dream
While I get up

I can fly high, I believe that
I can go up in that sky
Open my wings 
Fly freely up more than anyone

I need courage
That will stand the fallen me
I dust the dust, Courage that will stand me
And jump once a again

Believe in myself once more, 
Believe in my faith
Bet everything, and I’m going to jump
A wall taller than me           

I dream high, I dream, 
When I’m tired I close my eyes
Imagining that my dream
Will come true while I (again) get up

I can fly high, I believe that 
I can go up in that sky
Open my wings and (I’m) going to fly
More freely than anyone has

Dream high A chance to fly high
Bye bye to the hurts
Fly high like the stars in the sky
Open your dreams
 Time for you to shine
Starting Now 
Gotta make them mine
Don’t be afraid of the future
In your hands
Walk in confidence now
You can’t stop
Destiny now
Whole new fantasy is open
 In front of your eyes
So hold my hand now
Our stop is the same now,
Don’t give up on your dreams
When you’re young dream high everyone

I dream high, I dream, 
When I’m tired I close my eyes
Imagine the dream coming true
While getting up

I can fly high, I believe that
I can go up in that sky
Open my wings and fly high
Freely than anyone else


Menteng, 050912, 12:59PM
 

Saya

My Photo
perempuan yang tak bisa mengerti kemauan diri sendiri

buku tamu

Rekan

Powered by Blogger.