![]() |
Source: by atam |
Amygdala, sebuah bagian otak yang
memegang kendali akan emosi. Saya pernah menyinggunya sedikit dalam sebuah
posting di blog ini. disitu saya merasa amygdala saya sedang sangat dominan mengendalikan perasaan
saya, bahkan saya merasa itu di luar logika. Ketika dihubungkan dengan logika
terkadang justru saling bersinggungan saja namun tidak menemukan titik temu,
sebuah misteri.
Amygdala sangat berhubungan dengan
emosi, emosi sangat penting bagi rasionalitas. Kemampuan emosional mampu
membimbing seseorang, apakah keputusan itu tepat atau justru salah kaprah. Sepertinya
itu yang sedang saya alami, pertarungan emosi dalam diri saya membuat amygdala
memberikan pengaruh sedikit negatif. Hal tersebut terutama dalam masalah
pekerjaan saya, entahlah saya berusaha mengalihkan perhatian emosi ini. Memberikan
sugesti yang positif, namun sepertinya sudah terlambat. Kekacauan sudah terjadi
dan saya kalah oleh emosi itu, semua diluar kendali dan luar rencana.
Selain amygdala, sepertinya satu
bagian penting juga sangat berperan dalam semua kejadian akhir-akhir ini. Hati,
bagaimanapun juga sekerat daging ini adalah intinya. Dalam sebuah hadist juga
disebutkan:
Ketahuilah bahwa di dalam
tubuh ada sekerat daging. Apabila daging itu baik, maka seluruh tubuh itu baik;
dan apabila sekerat daging itu rusak, maka seluruh tubuh itu pun rusak.
Ketahuilah, dia itu adalah hati." (HR. Bukhari)
Hati, itulah
sebenarnya yang sedang berperan penting dalam kehidupan saya saat ini. Secara intelektualitas
rasional saya masih bisa memetakan prioritas, membuat mapping, dan focus akan
hal-hal yang harus dilakukan. Namun hati saya, lebih ingin berada di dekat hati
yang lain. Istilah jauh di mata dekat di hati itu seakan hanya sebuah omong
kosong bagi saya. Saya sangat tidak bisa membohongi bila ternyata bahagia,
lebih bahagia, dan sangat bahagia ketika hati saya berada dekat. Sedangkan saat
ini proses melipat jarak itu masih jauh dari kata dekat.
Seperti ekspresi
dalam foto saya ini, sangat alami, saya benar-benar tidak membuat ekspresi
palsu. Itulah ekspresi yang mampu menggambarkan ketika saya mampu melipat jarak
itu. Ekspresi bahagia, ekspresi antusias, dan ekspresi nyaman. Saya ingin membuat
ekspresi itu setiap saat, namun saat ini sepertinya masih belum bisa saya
lakukan dengan tulus. Amygdale dan hati sedang tidak dalam satu jalur, saya
harus bersabar.
Menteng, 241012,
07:37PM
0 komentar:
Post a Comment