"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian." (Pramoedya Ananta Toer)

Monday, July 2, 2012

Akankah masa depan itu milik “kita”?



Pagi tadi, tepatnya jam 6 pagi saya terbangun oleh suara dering hp. Nama yang tertera di layar tidak membuat saya terburu-buru mengangkatnya, saya langsung minum air putih, ke kamar mandi dan gosok gigi untuk menghilangkan suara khas orang bangun tidur. Ketika kembali, suara dering itu sudah berhenti, saya duduk beberapa saat sambil memegang hp dan sedikit ragu untuk menghubungi kembali nomor yang menelepon saya. Akhirnya, saya memutuskan untuk menelepon apapun resikonya. Saat suara di seberang terdengan, saya masih grogi untuk memulai percakapan pagi itu.

Bagaimana tidak grogi dan salah tingkah? Kalau pagi hari sudah di telepon ibuknya pacar? Well, saya memang sudah officially kenalan dengan beliau secara live, orangnya asyik, bahkan sudah terang-terangan sms saya, bahwa beliau sudah sreg kalau saya jadi mantunya. Perasaan senang dan bangga jelas, karena berarti saya sudah lolos uji kelayakan calon menantu. Tapi tetap saja bicara lewat telepon tadi pagi benar-benar membuat saya masih kaget, meskipun yang terjadi selanjutnya percakapan kami juga lancar-lancar saja. Bahkan, saya tidak tahu bagaimana bisa berbasa-basi agar tidak terlihat kaku. Semoga memang sebuah awal yang baik, amiin.

Mbak saya pernah bilang, kalau laki-laki sudah berani mengenalkan kita ke keluarganya, itu tandanya dia serius.Langkah awal pacar mengenalkan saya ke keluarganya adalah titik kulminasi dimana saya akhirnya memantapkan hati untuk merancang sebuah masa depan bersamanya -sebuah komitmen yang selama ini masih selalu terlihat menakutkan bagi saya-. Tapi, ketika niat serius itu ditanggapi serius membuat saya sedikit takut, terlebih bila sudah ada pertanyaan “kapan”. Seperti dikejar sebuah deadline yang memaksa kita harus siap lahir batin, padahal kita sendiri belum mempersiapkan apa-apa. Deadline kali ini bebannya masya allah, berat sodara-sodara.

Kalau yang dibicarakan itu wedding, maka sebuah prosesi yang bahkan sebuah wedding organizer dalam semalam juga bisa mewujudkannya, maka kapan itu bisa dijawab kapan-kapan. Tapi when it comes to the term marriage? Is not only about I love you, you love me, but also about two big families that must be mix together, not about us anymore!!. Bukan tentang menjadi raja dan ratu sehari, tapi hari-hari selanjutnya yang harus dipikirkan. Semakin paranoia dengan prediksi-prediksi yang kita buat sendiri. Apalagi sebagai manusia, kita hanya bisa berencana, selanjutnya semua sudah ditentukan oleh yang maha segala-galaNya. Maka pertanyaan kapan itu sulit untuk dijawab.

Berdo’a, bersujud, tawakal, dan istiqomah yang saat ini sedang ingin saya prioritaskan, agar semua rencana kita bisa sejalan dengan rencanaNya, Amiin. Untuk ayah, ibuk, saudara, teman, tetangga, dan semuanya, biarkan kita menikmati nikmat cinta dari Allah yang saat ini sedang kami rasakan, biarkan kita fokus kepada kerjaan yang akan menjadi awal ita bisa menjawab "kapan" itu, biarkan kita membuat rencana masa depan kita secara perlahan namun pasti. Kami tak mau diburu waktu, kami percaya bahwa menunggu sebentar untuk sesuatu yang lama itu akan membuat kita lebih menikmati prosesnya.

Ujung segala ketakutan itu adalah, ketika semua ada di luar kendali kita. Pertanyaan akankah masa depan itu milik kita, bukan suatu hal yang harus dihindari. Terlebih saat ini banyak sekali rencana kita yang masih belum diberikan jalan olehNya. mulai dari rencna yang cuma ngopi, jalan-jalan bareng, atau liburan tiu elalu berantakan di detik terahir. Semoga dengan jarak yang lebih menjauhkan kita ini, akan membuat kita saling memaknai dang menghargai arti keberadaan satu sama lain.

Allah hanya menguji kita, bila kita lulus ujian, layaknya anak kecil yang berhasil lulus dengan nilai bagus, ia pantas mendapatkan apa yang diminta. Seperti, beberapa hari lalu saya mendengar kata-kata orang yang sedang membicarakan kita, meski dalam bahasa sunda, saya berusaha mencerna artinya, kira-kira seperti ini "memang kalau orang yang serius itu biasanya awalnya pasti sulit kok"..Semoga begitulah akhirnya masa depan kita, indah pada waktunya.
Amiin :)

Menteng, 02062012, 05.36PM

0 komentar:

Post a Comment

Saya

My Photo
perempuan yang tak bisa mengerti kemauan diri sendiri

buku tamu

Rekan

Powered by Blogger.