"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian." (Pramoedya Ananta Toer)

Saturday, February 14, 2015

Glorifikasi “paha” dan “dada"


Source: google images

Terpujilah dosen saya yang mengenalkan istilah glorifikasi, sebuah istilah yang intinya berarti melebih-lebihkan sesuatu. Judulnya semula adalah glorifikasi restoran cepat saji, tapi saya mau sok misterius, tak mau mudah ditebak saja, jadi saya ganti dengan paha dan dada plus tak lupa tanda kutip untuk lebih menekankan makna yang tak tersirat ;). 

Paha dan dada yang saya pilih karena kedua bagian tubuh ini banyak sekali digunakan sebagai analogi. Pernah dengar guyonan yang menyatakan kalau kamu hanya mencari pacar dengan memperhatikan paha dan dada, datanglah ke keefci. Atau ada kutipan dari seorang tokoh sosial, Idi Subandy bahwa "paha dan dada kita dikuasai oleh industri media, sementara perut dikuasai negara". Industri media lewat iklan atau tayangan hiburan lain mana yang tidak pernah lupa menampilkan paha dan dada perempuan dengan alasan artistik. Lalu perut dikuasai negara melalui program KB, pengendalian pertumbuhan. Bahkan saat jaman orba di dalam salah satu dokumen keluarga untuk negara harus mencantumkan program KB apa yang diikuti, suntuk, spiral atau obat, itu ujar dosen saya di salah satu mata kuliah.

Tapi kali ini kita tidak membahas paha dan dada yang itu, kita bahas menu makanan cepat saji dan serangkaian akibatnya saja. Untuk paha dan dada yang lain mungkin lain kali, mungkin juka saya ingat, dan mungkin jika saya tidak malas :D.

Cerita ini tertulis saat saya kembali membuktikan kedahsyatan ayam penuh hormon dari restoran cepat saji yang ada di sekitar kita. Sebutlah mekdi atai keefci serta tempat-tempat lain yang menyatakan produk lokal namun dengan konsep yang sama, nasi dan ayam goreng tepung cepat saji. tentunya tidak hanya ayam yang berbahaya, tapi hampir semua menu makanan di restoran cepat saji ini menakutkan, penuh vetsin dan gula berlebih.

Di negara asal makanan dari restoran tersebut merupakan makanan sampah, makanan yang sudah bertahun-tahun dikampanyekan agar tidak dikonsumsi. Efeknya sudah terlalu meresahkan dan menghantui. Di salah satu produksi film dokumentasi yang baru saya lihat FED UP (2014) Michele Obama sampai mengkampanyekan apa yang disebut dengan makanlah “real food”. Di sekolah-sekolah melarang makanan instan, lemari es yang biasanya penuh minuman jus dalam botol sudah di non-fungsikan. Semua siswa diberi makanan yang minim gula, minim vitsin, dan menambah serat. Obesitas di amerika serikat memang sudah tak bisa di tolerir.

Berapa waktu lalu saya sempat membagi tautan informasi bagaimana burger mekdi ketika masuk ke dalam lambung itu dalam berjam-jam tak akan hancur,sehingga obesitas tak bisa dicegah. Tautan itu bisa dicek disini. Atau suatu waktu saya juga membagi tautan tentang kenapa pubertas remaja putri saat ini jauh, sangat jauh lebih cepat dari sebelumnya. Pada tautan tersebut salah satu penyebab utama adalah lagi lagi adalah ayam di restoran cepat saji tersebut. Banyaknya hormon yang masuk ke dalam ayam ikut masuk juga ke dalam tubuh konsumennya. Hormon tersebutlah yang membuat pubertas semakin cepat.

Ada yang lebih mengkhawatirkan juga, meskipun tak disebutkan di artikel tersebut, namun teman saya pernah berkata pada saya bahwa itulah sebabnya juga banyak sekali saat ini kita jumpai lelaki yang feminin. Terlalu banyak mengonsumsi makanan cepat saji itulah jawabannya. Apabila kita mau memikirkan sedikit dengan menggunakan logika hal itu ada benarnya, dan benar adanya. hormon yang disuntikkan kepada ayam tersebut berfungsi agar ayam montok dan berisi, kalau pada manusia perempuan yang montok dan berisi karena adanya hormon kewanitaan. Lalu hormon itu pula yang masuk ke tubuh remaja perempuan yang berakibat mereka mens lebih cepat. Lalu pada remaja lelaki, apa akibatnya bila ia mempunyai kelebihan hormon kewanitaan, kadar feminitasnya meningkat. Logika saya ini berdasar dari salah satu artikel lain yang saya baca disini

Lalu masih mau membanggakan diri ketika berkunjung ke restoran ini?.

Di awal tulisan saya berkata tentang membuktikan sesuatu. Iya saya kemarin sore sengaja ke mekdi karena bulan ini jadwal disminor atau menstruasi saya sudah telat satu minggu. Bagi perempuan bersuami mungkin mereka akan ke apotek membeli alat tes kehamilan dan lanjut ke dokter bila hasilnya positif. Lalu, bagi perempuan lajang yang belum dibuahi seperti saya tentu hanya akan menimbulkan kondisi badan yang meriang dan pegel linu bila jadwalnya terlambat dari biasanya. Keputusan di mekdi tersebut saya rasa tepat karena malam harinya perut saya sudah terasa tak enak dan paginya terbukti. Tak perlu 24 jam lamanya saya menunggu efek ayam penuh hormon tersebut, saya menulis ini pun sambil menahan nyeri di perut. Drama hari pertama mestruasi.

Untuk masalah makanan saya memang sangat pemilih, karena saya mencoba berbicara dengan tubuh saya. Saya merasa bersalah ketika seolah tubuh saya berteriak “apa yang kamu makan?racun apalagi yang kamu berikan padaku?!!!”. Saya sempat menjadi vegetarian selama dua tahun, sampai pada beberapa bulan lalu saya merasa kurang bisa memberi protein pengganti hewani yang cukup, sehingga saya memutuskan untuk makan sehat saja. Ayam saya coba paling tidak maksimal sebulan dua kali saja, daging cukup sebulan sekali, ikan masih boleh lah seminggu sekali. Tapi saya selalu usahakan untuk masak itu semua sendiri. Karena itu tadi, saya tidak mau lebih lanjut membunuh diri lebih cepat.

Sudah saatnya kita lebih sering berbincang dengan tubuh kita, jangan abaikan pesan yang ia sampaikan ketika ia merasa senang atau sedih dengan apa yang kita makan.

Let’s live longer!!! J

Salemba, 140215, 12:41PM

2 comments:

  1. wah, kirain paha dan dada yang lain yang di maksud mbak. hehe
    saya juga sudah lama tidak makan fast food. nice info!

    ReplyDelete
    Replies
    1. heheheh, kan di awal udah dijelasin juga saya mau sok misterius :D

      Delete

Saya

My Photo
perempuan yang tak bisa mengerti kemauan diri sendiri

buku tamu

Rekan

Powered by Blogger.