"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian." (Pramoedya Ananta Toer)

Thursday, February 12, 2015

Dear, Ego…

Entah kapan dan apa yang kita bahas, tapi saya masih ingat ada kalanya kita berdebat hebat untuk hal yang belum tentu terjadi. Perdebatan yang sebenarnya untuk saling mengenal karakter masing-masing. Perdebatan yang sengaja atau tidak justru membuat kita masih bertahan selama ini.

Malam itu mungkin sebuah malam akumulasi kesabaran saya, kesabaran saya memang belum habis, tapi saya merasa mengalah dan kalah. Mengalah untuk tidak mempertahankan ego, dan kalah untuk tidak menangisinya.

Semuanya bermula dari bercanda atau sebuah simulasi lebih tepatnya. Tentang skenario yang mungkin akan terjadi, saling berargumen yang awalnya santai berubah menjadi serius dan akhirnya absurd. Sayangnya kali ini sedikit berbeda dari biasanya yang berakhir dengan guyonan, justru “nyesek”. Kita masing-masing masih bertahan dengan ego kita tanpa mau berkompromi. Hingga akhirnya percakapan itu kita sudahi masih dengan ego yang tak mau kalah.

Saya yang selalu ingin memberikan alasan berdasarkan fakta mulai meracau dengan teori-teori yang pernah saya baca. Hal ini juga yang membuat saya membaca lagi buku Man are from Mars, Women are from Venus. Saya tidak membaca ulang, hanya pada highlight tentang Perempuan itu membutuhkan perhatian dan Laki-laki membutuhkan penerimaan. Bukan bermaksud sok pintar atau apa, tapi setidaknya saya hanya ingin berpendapat dengan menggunakan alasan pernyataan orang. Saya ingin lebih obyektif.

Dalam buku tersebut dikatakan; “Bila Pria Mendengarkan tanpa menghakimi, melainkan dengan empati dan kedekatan terhadap wanita yang sedang mengungkapkan perasaan-perasaannya, wanita tersebut merasa didengarkan dan dipahami. Bila wanita dengan penuh cinta menerima pria tanpa berusaha mengubahnya, pria itu merasa diterima” **.

Menurut interpretasi saya, dari apa yang diungkapkan paragraf diatas adalah, perempuan itu terkadang hanya ingin didengar saat mereka bicara panjang lebar bahkan kadang tanpa memberi kesempatan laki-laki untuk menyela. Saya sebagai perempuan tidak ingin adanya debat kusir ketika cerita saya belum habis, cobalah mendengarkan, mengumpulkan informasi yang ingin disampaikan, dan memahaminya. Barulah setelah perempuan menginginkan tanggapan, bicaralah dari fakta dan informasi yang telah kalian dengar. Perlu kalian ketahui, ketika perempuan bicara panjang lebar dengan ceplas ceplos itu, mereka sudah percaya padamu.

Layaknya Hukum 1 Newton; semua aksi itu akan menimbulkan reaksi. Ketika kamu, seorang laki-laki mendengarkan dengan pengertian karena tahu perempuan percaya, maka kamu itu telah diterima, diterima apa adanya tanpa syarat, unconditionally.

Penerimaan saya itu tulus, bahkan saya tidak ingin merubahmu, karena saya tahu kalau kamu bisa berubah sendiri ketika mulai mengerti saya. Pun begitu juga saya. Marilah kita terus berkompromi dengan ego masing-masing.


(curhatan di suatu malam dari sekian perdebatan yang kita lalui, yang saya lupa tanggalnya :D)

Salemba, 120215, 08:30PM




** Gray, John, 1992, Men are from Mars, Women are From Venus; 153

1 comment:

  1. Iya sih, Kak. Orang bertengkar biasanya juga karena ego masing-masing. Ngeredamin ego, gampang-gampang susah. ^ ^

    http://www.cewealpukat.me/

    ReplyDelete

Saya

My Photo
perempuan yang tak bisa mengerti kemauan diri sendiri

buku tamu

Rekan

Powered by Blogger.