![]() |
Source: google images |
Cinta ini, kadang-kadang tak ada
logika....
Ada yang membaca kalimat di atas dengan tidak biasa, dengan menyanyi atau
sekaligus bergaya seperti agnes monica? Tak apa, itu wajar. Terlalu sering
didengar dan diingat akan membekas tersimpan di bawah sadar. Sebagai manusia
kita tak bisa memegang kendali kapan ia harus dipanggil atau harus dikurung tak
boleh keluar.
Kalau menurut saya cinta memang tak memiliki logika. Bukan terkadang lagi,
namun saya memang tak mau memakai logika untuk urusan cinta.
Logika, apa yang terpikir dari kata ini; sistematis, matematis dan
patriarki.
Saya mengatakan ia sistematis karena seolah logika ini merupakan cara
berpikir yang sudah memiliki jalur sendiri. Setiap hulu akan ada hilir, setiap
kehidupan ada kematian, begitupun dengan cinta. Bila ada cinta maka akan ada
benci. Sistematis ini hanya melihat baik dan buruk, hitam dan putih, oposisi
biner. Tak ada ruang bagi kata setengah-setengah ia hanya meminta totalitas.
Logika juga matematis, karena matematika juga meminta kepastian. Satu ditambah
satu harus menghasilkan dua tidak ada peluang bagi jawaban lain. Secara matematis pula logika akan mengajak
kita memperhitungkan untung rugi. Lihatlah para pedagang di luar sana, setiap
sen yang telah ia keluarkan harus sebisa mungkin kembali lebih banyak. Untuk itulah
muncul konsep low cost high impact,
keluarkan modal sedikit mungkin tapi hasilkan yang maksimal.
Sistematis maupun matematis adalah logika patriarki, itu yang saya
simpulkan. Saya tidak sedang nyinyir karena saya perempuan. Namun entah siapa
yang memulai dan dari kapan, lelaki akan selalu dikatakan makhluk dengan logika
sedangkan perempuan makhluk penuh perasaan. Bahkan ketika perempuan mencoba menggunakan
logika laki-laki belajar untung rugi dalam percintaan, ia akan langsung
dibilang matre, mata duitan. Seloroh realistis yang dijadikan alasan tidak
pernah mempan.
Cara berpikir logika merupakan cara berpikir akan untung rugi, apakah itu
juga cara berpikir cinta?
Apakah kamu akan selalu menghitung untung rugi?
Bukan hanya cinta pada makhluk, cinta kepada pemberi perasaan cinta, cinta
kepada Allah juga kau lakukan dengan logika?
Kau terus menghitung setiap ibadah dan pahala yang akan kau dapat lalu
memperkirakan apakah kau sudah untung?
Cinta tak sepicik itu, ia perasaan paling fitrah tak menuntut pun tak
memperhitungkan untung rugi.
Salemba, 190215, 03:56PM
Barangkali "cinta" itu beda dengan "kasih sayang"
ReplyDelete