Apa yang terbayang bila sekilas membaca judul tersebut? Saya
meyakini bahwa pasti masalah perjodohan yang akan terpikir. Karena selanjutnya,
memang itu yang akan saya bahas.
Berawal dari obrolan kerjaan dengan teman sejawat (baca:
teman kantor) yang membahas kerjaan di weekend, dimana saya harus handle tamu
dari sebuah perusahaan dengan mayoritas peserta adalah kaum adam, cowok,
laki-laki, pria, atau terserah sebutannya. Saya hanya menanggapi dengan
tersenyum, tapi si teman sejawat ini justru nyeletuk, “apa sudah mentok sama
yang ini?”.
Well, sebagian orang mungkin tidak mau menanggapi, seperti
saya, saya hanya menanggapi dengan senyuman. Meskipun dalam hati dan pikiran
saya tidak bisa menganggap remeh pertanyaan itu. Semuanya karena saya punya
masalah dengan omongan orang lain, saya kurang begitu suka dengan omongan
mereka yang sok tahu tanpa mempedulikan yang sebenarnya dan hanya menggunakan
kaca mata pribadi dalam menanggapi sebuah masalah. It does seem so serious rite
now, isn’t it?
Dari tanggapan saya yang sangat serius itu sebenarnya
tersimpan sebuah penjelasan panjang kali lebar kali tinggi yang ingin saya
jelaskan, namun saya kurang yakin teman sejawat saya bakal mampu menerima
penjelasan saya. Untuk masalah jodoh, kalau kata kakak saya adalah suatu hal
yang tidak bisa digampangkan tapi juga tidak boleh membuat hidup kita semakin
sulit, let it flow.
Sebelum saya menemukan sosok pacar yang sampai saat ini saya
yakini sebagai jodoh saya, saya ada dalam fase kalau anak jaman sekarang
menyebutnya “susah move on”. Saya masih terjebak atau menjebakkan diri ke dalam
nostalgia. Namun, ketika saya bertemu dengan lelaki yang satu ini, hati yang
lama menutup diri ini secara spontan, tiba-tiba, dan tanpa tedeng aling-aling
(aduuh bahasa saya :D ) membiarkannya masuk dan sampai saat ini kita berproses
bersama.
Saya merasa mengalami yang disebut cinta itu tidak mempunyai
alasa, karena ketika saya ditanya alasannya, saya benar-benar tidak tahu. Saya
juga merasa apa yang dikatakan orang-orang kalau mr.right, sosok yang sempurna,
itu adalah bagaimana cara kita melihatnya. Jadi, jangan mencari
ketidaksempurnaan itu, atau jangan berusaha menemukan yang tidak ada dalam
dirinya, namun lebih menerima dan berusaha mengerti, maka bersyukur adalah
satu-satunya kunci.
Jika mencari ketidaksempurnaan itu, mudah kok, tapi apakah
kita mau ketidaksempurnaan kita juga berusaha ditemukan?. Pasti tidak kan?.
Justru ketika menyadari nya maka kenapa tidak berusaha membuat sebuah rencana
yang sempurna dibalik ketidaksempurnaan itu? Perfect in imperfection!!
Kembali ke alasan apakah saya sudah mentok atau mungkin
menyerah dengan yang saya temui saat ini? jawaban saya tidak, karena saya ingin
bersyukur kepada Allah karena justru saya merasa hubungan kita itu akan
sempurna pada nantinya. Saya sudah tidak mau lagi mencari yang lebih sempurna
(mungkin), tapi apakah benar dia akan lebih sempurna? Itu juga akan menimbulkan
pertanyaan “mentok” lagi kan?.
Saat ini saya hanya ingin membuat rencana sempurna tentang
pernikahan seperti apa, kehidupan setelah menikah, bagaimana cara mendidik
anak, masalah keuangan keluarga, the way we live dan complete each other. Tahap
ini yang sedang kami rancang, dan saya merasa pacar saya adalah orang yang
tepat untuk berbagi ide tentang rencana-rencana itu.
Kita sama-sama ingin
pernikahan yang sederhana.
Kita sama-sama ingin
tetap melanjutkan passion kita meski setelah menikah.
Kita sama-sama ingin
mendidik anak dengan gaya kita, menggunakan metode cerita, lebih memberikan
mereka buku daripada mainan, menuliskan diary mereka dari kecil sehingga ketika
besar mereka tahu prosesnya, dan memberikan mereka kebebasan akan passion.
Kita sama-sama ingin
live like a movie, with a sudden kiss during daily life. Membayangkannya saja
sudah menyenangkan.
Dan kita sama-sama
berdoa agar rencana kita sejalan dengan rencana Allah, amiin.
Dari alasanitu, saya kembali lagi bertanya? Apakah dengan
rencana yang kami buat masih dikatakan bahwa kita sudah mentok? Atau kalau saya
mencari lagi kesempurnaan itu kita akan sama-sama punya rencana yang sedemikian
indahnya? Atau kalaupun mencari lagi, bukankah saya harus membuat rencana itu
lagi? Bisa lebih baik atau justru merubah semua rencana yang justru akan
menghabiskan waktu. Padahal ketika saya mencari lagi, saya atau siapapun tidak
akan bisa menjamin kesempurnaan yang tidak mentok itu seperti apa kan?.
Jadi, inilah jawaban saya J.