"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian." (Pramoedya Ananta Toer)

Thursday, January 8, 2015

Serba salah

Kesetiaan selalu dihianati, atau ia menanti selamanya untuk sesuatu yang tak pernah dimiliki. Laksmi Pamuntjak

Kalimat dari novel Amba di atas menjadi pengingat bahwa akan selalu ada dua sisi mata uang. Ketika seseorang mengelu-elukan kesetiaan maka mungkin penghianatan telah menusuk dengan kejam.

Lalu novel Amba yang ada di tangan sementara saya tutup, karena memori bawah sadar sedang mencoba membuka berkas tentang percakapan saya dengan kawan saya. Waktu itu masih subuh, seorang kawan terisak menghubungi saya, dia dikhianati lagi. Dan untuk kesekian kalinya ia berusaha untuk sabar.

Kawan saya menjelaskan bahwa secara naluri laki-laki memang akan selalu mencari, lalu ia mengingatkan akan analogi sel sperma dan sel telur sambil tertawa diantara isak tangis nya. Perempuan ditakdirkan pasif.

Saya lalu membantah karena analogi itu punya kelemahan, saya mengingatkan bahwa sel telur mampu memilih sel sperma mana yang berkualitas. Jadi perempuan jelas perempuan tak sepenuhnya pasif.

Lalu dia mulai bicara bahwa saya mudah berkata begitu karena saya tak pernah tahu rasanya menemukan seseorang yang padanya hati kita telah kita percayakan berkhianat. Sakit namun kita tak tahu apa yang harus diperbuat, terlebih mengingat usia dan komitmen keseriusan mereka di awal hubungan. Dia berkata, kita tidak bisa seperti layaknya abege yang langsung melempar tantrum bahkan melempar hape ketika mendapati adanya obrolan mesra yang bukan untuk kita. Kita harus memikirkan jauh ke depan, serba salah memang menjadi perempuan.

Saya bertanya dengan geram apakah salah menjadi perempuan?. Ia langsung tegas mengatakan, serba salah itu bukan berarti kita salah. Perasaan setelah pengkhianatan ini sangat campur aduk, ketika kita ingin menyudahi hubungan itu, aku tak bisa optimis akan mendapat yang lebih baik, karena itulah laki-laki diciptakan memang sebagai makhluk pemburu dan akan selalu ada hasil buruan yang terlihat menggoda. Namun aku masih ingin menjadi rumahnya.

Saya mulai marah karena dia seolah pasrah, saya bilang kepadanya apakah kamu rela menjadi rumah tempat ia pulang namun kamu harus menyaksikan ia juga mencari kenyamanan di persinggahan yang bisa saja ia memang merasa lebih nyaman disana.

Itulah yang aku takutkan, ketika aku sudah tak bisa menjadi rumah yang nyaman, aku merasa serba salah. Anggap saja aku masih buta akan cinta, tapi justru aku merasa aku masih mencoba se realistis mungkin. Sebelum mengakhiri pembicaraan yang tak menemukan solusi ini dia berpesan pada saya, dia mengingatkan saya untuk berhati-hati dengan hubungan saya, terlebih ada faktor LDR disana.

Saya hanya mampu mengiyakan pesannya, dan berdoa dengan sangat kencang di dalam hati agar hal itu tidak pernah terjadi.

Selama ini saya berusaha untuk selalu memupuk perasaan saja agar tetap sama, konsisten dan saya juga berharap kamu pun begitu terhadap perasaanmu. Jarak yang entah kapan bisa terlipat merapat ini hanya waktu dan kepercayaan yang mampu menjawabnya. Kalau apa yang dialami kawan saya terjadi pada saya, bisa saja menyalahkan diri sendiri yang akan saya lakukan atau mungkin justru sebaliknya. Namun saya masih ingat sebuah pesan yang kamu ucapkan di antara masa-masa sulit kita dulu, – semoga kamu masih ingat pesan ini – kamu bilang apa yang kita pilih memang sulit, namun kamu terus berkata untuk bersabar, dan itu yang terus aku lakukan, semoga juga kamu.

Car, kamu jangan selingkuh ya, biar aku tak merasakan kebingungan dan tak perlu memikirkan kemungkinan apa yang akan kulakukan ketika itu terjadi.

Nganjuk, 080115, 11:14AM

0 komentar:

Post a Comment

Saya

My Photo
perempuan yang tak bisa mengerti kemauan diri sendiri

buku tamu

Rekan

Powered by Blogger.