"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian." (Pramoedya Ananta Toer)

Thursday, January 15, 2015

Random Thoughts

Random thoughts:
  • Mungkin kamu tak tahu kalau sebenarnya aku tahu, tapi aku tak mau sok tahu
  • Jaraknya masih konstan lebarnya, belum menyusut. Jadi aku takut perasaanmu yang justru larut atau hanyut.
  • Sementara aku, hanya sanggup pasrah. Karena tak ada lagi yang bisa dilakukan kecuali konsisten dan tetap berdoa, mendoakanmu, mendoakan kita.
  • Masalah ikhlas bukan urusan manusia.
  • Ketakutan itu akan menghilangkan 1/3 dari akalmu, pernah baca tapi entah dimana lupa. Dan itu memang terbukti, otak seakan berhenti berpikir jika rasa takut itu datang.
  • Kamu laki-laki dan aku perempuan, akan selalu berbeda sampai kapanpun juga. Tapi aku yakin mereka akan saling mengisi.
  • Bukan menunjukkan perbedaan yang kita cari tapi ada kalanya sepakat untuk tidak sepakat itu lebih indah jika beriringan.
  • Dering dan notifikasi telepon terkadang sangat indah terlebih dari kamu, meskipun kali ini jarang sekali kudapati bila bukan aku dulu yang memulainya.
  • Kalau memang bukan kamu, aku masih tak tahu siapa lagi.
  • Memilih itu perkara mudah, tapi konsisten akan pilihan itu yang susah. Dengan kesusahan pula aku menjaga pilihanku. Tapi aku bahagia dengan pilihan itu.
  • Laki-laki bukan peramal dan perempuan punya insting tajam, begitu terus sampai mati.
  • Hanya mampu memeluk rasa rindu, karena hanya ia satu-satunya yang mampu mengalahkan angkuhnya jarak.
  • Ketakutan lain, ketika air mata ini sudah tidak lagi dianggap serius.
  • Semoga terlalu sering menarik nafas panjang tidak membahayakan kesehatan.
Pagi hari, tanpa hujan namun petir menyambar. Jadi beginilah akhirnya isi pikirannya, random dan kacau. Bukan, bukan masalah emosi lagi tapi ini seperti lempengan puzzle yang entah kapan akan terangkai. Gambar-gambar yang terkumpul masih belum bisa membantu, masih terlalu penuh ragu. Perlu menarik nafas panjang lalu berjalan mundur beberapa langkah untuk melihat semuanya lebih luas tak hanyak fokus pada satu titik.

Salemba, 150115, 09:23AM


Monday, January 12, 2015

Menagislah bila perlu

Source: Google images

Seringkali kita selalu ingin tampak tegar dan kuat, sehingga memasang senyum palsu seolah menjadi jalan keluarnya. Namun seringkali juga kita lupa bila apa yang ada di alam bawah sadar kita justru menginginkan sebuah ekspresi yang lebih tepat. Kalau marah tunjukkan, kalau senang tersenyumlah, kalau bingung bertanyalah, dan kalau semua terasa berat dan susah disembunyikan menangislah.

Saya adalah orang yang pada dasarnya cengeng, di balik penampakan saya yangseringnya ceplas-ceplos cenderung sarkas dan tak sedikit yang bilang saya ini tegas dan keras hati, saya itu tetaplah manusia yang memiliki emosi. berada pada titik kulminasi, ketika tidak lagi menemukan ekspresi lain, dan alam bawah sadar saya yang berkuasa, saya juga menangis.

Dulu, saya masih ingat waktu kecil, karena memang bandel, seringnya kakak saya yang over-cerewet, ditambah kadang main tangan (masih di batas kewajaran, seperti; mencubit), mata saya langsung merah, panas, dan akhirnya berair. Ketika tanda-tanda itu muncul saya selalu berusaha menutupi muka, atau lari. Namun ada kalanya tanpa ada peringatan air mata menetes lebih cepat dari yang saya kira dan ekspresi mulut serta mimik wajah pun langsung berubah. Di saat itulah, bukannya membuat saya tenang, kakak saya justru menambah dengan kata-kata yang pada intinya membuat saya sadar kalau menangis itu tidak menjawab semua, namun saya justru merasa tersakiti.


Kalau mengingat masa kecil itu saya merasa sepertinya doktrin kakak saya sangat mengena. Saya yang akhirnya selalu bersembunyi saat menangis, saya tak ingin orang lain melihat mata saya berkeringat. Selain itu saya merasa wajah menangis saya tidak keren, saya pernah melihatnya di kaca dan langsung memilih berhenti menangis. Wajah menangis tidak cocok dengan tatapan mata dan senyum saya yang terkadang bengis :D .

Namun, saya sangat menyadari menangis merupakan salah satu dari sekian ribu bentuk ekspresi dari emosi. Maka ketika bisa menangis berarti kita berani jujur akan emosi kita. Saat teman saya bercerita kepada saya masih dengan terisak, saya selalu menyuruhnya untuk menangis terlebih dulu, menangislah sampai kau lelah, karena itu perlu. 

Pernahkah kalian menikmati kelegaan saat selesai menangis? Mungkin kita belum sepenuhnya meluapkan isi hati, namun dengan menangis setidaknya sekian persen emosi yang selama ini tertahan dan kebingungan mencari ekspresi menemukan titik terang. 

Selalu sediakan tisu untuk mereka yang sedang menangis, dan jangan paksa mereka bicara, tunggulah saja, kalau perlu usap punggungnya dengan tulus dan sampaikan bahwa semua akan baik-baik saja.


Salemba, 120115, 11:24AM

Thursday, January 8, 2015

Serba salah

Kesetiaan selalu dihianati, atau ia menanti selamanya untuk sesuatu yang tak pernah dimiliki. Laksmi Pamuntjak

Kalimat dari novel Amba di atas menjadi pengingat bahwa akan selalu ada dua sisi mata uang. Ketika seseorang mengelu-elukan kesetiaan maka mungkin penghianatan telah menusuk dengan kejam.

Lalu novel Amba yang ada di tangan sementara saya tutup, karena memori bawah sadar sedang mencoba membuka berkas tentang percakapan saya dengan kawan saya. Waktu itu masih subuh, seorang kawan terisak menghubungi saya, dia dikhianati lagi. Dan untuk kesekian kalinya ia berusaha untuk sabar.

Kawan saya menjelaskan bahwa secara naluri laki-laki memang akan selalu mencari, lalu ia mengingatkan akan analogi sel sperma dan sel telur sambil tertawa diantara isak tangis nya. Perempuan ditakdirkan pasif.

Saya lalu membantah karena analogi itu punya kelemahan, saya mengingatkan bahwa sel telur mampu memilih sel sperma mana yang berkualitas. Jadi perempuan jelas perempuan tak sepenuhnya pasif.

Lalu dia mulai bicara bahwa saya mudah berkata begitu karena saya tak pernah tahu rasanya menemukan seseorang yang padanya hati kita telah kita percayakan berkhianat. Sakit namun kita tak tahu apa yang harus diperbuat, terlebih mengingat usia dan komitmen keseriusan mereka di awal hubungan. Dia berkata, kita tidak bisa seperti layaknya abege yang langsung melempar tantrum bahkan melempar hape ketika mendapati adanya obrolan mesra yang bukan untuk kita. Kita harus memikirkan jauh ke depan, serba salah memang menjadi perempuan.

Saya bertanya dengan geram apakah salah menjadi perempuan?. Ia langsung tegas mengatakan, serba salah itu bukan berarti kita salah. Perasaan setelah pengkhianatan ini sangat campur aduk, ketika kita ingin menyudahi hubungan itu, aku tak bisa optimis akan mendapat yang lebih baik, karena itulah laki-laki diciptakan memang sebagai makhluk pemburu dan akan selalu ada hasil buruan yang terlihat menggoda. Namun aku masih ingin menjadi rumahnya.

Saya mulai marah karena dia seolah pasrah, saya bilang kepadanya apakah kamu rela menjadi rumah tempat ia pulang namun kamu harus menyaksikan ia juga mencari kenyamanan di persinggahan yang bisa saja ia memang merasa lebih nyaman disana.

Itulah yang aku takutkan, ketika aku sudah tak bisa menjadi rumah yang nyaman, aku merasa serba salah. Anggap saja aku masih buta akan cinta, tapi justru aku merasa aku masih mencoba se realistis mungkin. Sebelum mengakhiri pembicaraan yang tak menemukan solusi ini dia berpesan pada saya, dia mengingatkan saya untuk berhati-hati dengan hubungan saya, terlebih ada faktor LDR disana.

Saya hanya mampu mengiyakan pesannya, dan berdoa dengan sangat kencang di dalam hati agar hal itu tidak pernah terjadi.

Selama ini saya berusaha untuk selalu memupuk perasaan saja agar tetap sama, konsisten dan saya juga berharap kamu pun begitu terhadap perasaanmu. Jarak yang entah kapan bisa terlipat merapat ini hanya waktu dan kepercayaan yang mampu menjawabnya. Kalau apa yang dialami kawan saya terjadi pada saya, bisa saja menyalahkan diri sendiri yang akan saya lakukan atau mungkin justru sebaliknya. Namun saya masih ingat sebuah pesan yang kamu ucapkan di antara masa-masa sulit kita dulu, – semoga kamu masih ingat pesan ini – kamu bilang apa yang kita pilih memang sulit, namun kamu terus berkata untuk bersabar, dan itu yang terus aku lakukan, semoga juga kamu.

Car, kamu jangan selingkuh ya, biar aku tak merasakan kebingungan dan tak perlu memikirkan kemungkinan apa yang akan kulakukan ketika itu terjadi.

Nganjuk, 080115, 11:14AM

Saya

My Photo
perempuan yang tak bisa mengerti kemauan diri sendiri

buku tamu

Rekan

Powered by Blogger.