"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian." (Pramoedya Ananta Toer)

Wednesday, April 29, 2015

IBU

Beberapa hari yang lalu, engkau meneleponku.
Bercerita panjang lebar, tentang keponakanku yang seakin lucu, tentang adik yang setelah ujian lebih banyak plesir, dan juga tentang rencana untuk berbalas pantun saat upacara. Upacara terakhirmu selama menjadi guru. Lalu sore ini aku melihat status facebookmu, berisi rima-rima pantun itu...

Berbalas Pantun di acara pelepasan kelas XII
Berburu ke padang datar
Mendapat rusa belang kaki
Berguru kepalang ajar 
Bagaikan bunga kembang tak jadi
Bersuluh kami memungut kemumu
Mencarinya hingga menjelang fajar
Bersungguh-sungguh Bu,kami menuntut ilmu
Agar menjadi anak yang pintar
Lihat komedi berputar-putar
pulangnya tidak lupa membeli ketupat
tidak sekedar menjadi pintar...anakku,
Yang utama ilmu kalian dapat bermanfaat
Bunga teratai tumbuh di bumi pertiwi
kembang mekar indah menawan
Akan kami patuhi pesan bu umi
semoga kami berada di jajaran para ilmuwan
Melangkah-langkah menggapai mimpi
Jangan sekedar berpesan-pesan
Berbongkah-bongkah harapan bu umi
semoga kalian mencapai kesuksesan
Banyak jalan menuju Roma
Harus pastikan yang akan kami lalui
Insyallah dapat kami wujudkan semua
Karena kami anak-anak yang dirahmati illahi robbi....
Anak-anakku terus maju...mencapai tuju
Tuntut ilmu sebagai bekal hidupmu
Ingat!...jika semua telah kau dapat,
Jangan pungkiri...bahwa semua itu adalah rahmat
dan karunia Allah Yg Maha sempurna...
Puji syukur tujukan dengan penuh tafakur...
Agar tidak menjadi anak yang kufur.
(27 april 2015)

Saat membacanya, aku membayangkan suasana upacara di hari senin, saat kau mulai berpantun dengan suara parau yang selalu kurindukan itu, saat murid-muridmu membalas pantunmu, saat suasana semakin hangat....aaahh aku bangga padamu bu..
Meskipun dalam teleponmu kemarin ibu bilang semua itu sudah direncanakan, ibu sudah menunjuk siapa yang akan membalas pantunmu, dan bagaimana pantun yang harus terucap. Namun aku membayangkan ada di sana, melihat senyummu merekah. 
Ibu, tunggu aku pulang, tapi tidak sekarang atau esok, aku sedang pantang pulang sebelum lulus. 
Do'aku untukmu selalu Bu, dan aku yakin tak pernah putus pula do'amu untukku. :*

Salemba, 280415, 06:01PM

Monday, April 27, 2015

Aku ingin bersamamu

Source: Google Images
Pernahkah kamu merasa sendiri?
Saat usiamu sudah menemui seperempat abad lebih itu, kamu duduk terdiam di depan meja, di depan laptop sambil meminum teh hangat, tapi sendiri...
Senja ini aku melaluinya, dalam salah satu episode kehidupaku, aku merasakan aku sendiri dan ingin segera bersamamu.
Sehingga, kehangatan teh itu tidak menguap sia-sia, karena ia hadir di antara percakapan hangat kita.


Salemba, 270415, 06:01PM

Saya

My Photo
perempuan yang tak bisa mengerti kemauan diri sendiri

buku tamu

Rekan

Powered by Blogger.